Kamis, 21 Januari 2010

Cargo Area Activity


    Cargo Handling adalah suatu rangkaian proses pekerjaan penyelesaian kargo saat mulai diterima sampai dimuat ke dalam pesawat untuk diangkut dari suatu kota ke kota lain di dalam dan luar negeri.
 
Proses pekerjaan antara lain adalah :
1. Penerimaan (Acceptance).
2. Timbang barang.
3. Pembuatan Dokumen Angkut (Documentation).
4. Build-up / Break-down dari dan pallet/container atau gerobak.
5. Penarikan dari gudang ke pesawat dan sebaliknya.
6. Loading ke pesawat dan unloading dari pesawat.
7. Penyimpanan (storage).
8. Pengiriman (delivery)

Pihak – pihak Terkait dalam Pengiriman Cargo
Ada tiga pihak utama yang terkait dengan pengiriman kargo, yaitu
a. Pihak pengirim ( shipper ) : Shipper bisa berupa perorangan, 

    badan usaha, dilakukan secara langsung tanpa perantara,
    atau melalui jasa ekspedisi muatan kapal laut atau ekspedisi
    muatan pesawat udara.
b. Pihak pengangkut ( carrier ) : Carrier bisa berupa cargo sales 
    airline, cargo sales agent, airline / air charter yang juga
    berfungsi sebagai pengangkut kargo.
c. Pihak penerima ( consignee ) : Consignee bisa berupa 
    perorangan, badan usaha maupun dalam bentuk cargo agent.


Jenis – jenis Kargo
IATA Air Cargo Regulation (Ref: IATA AHM dan IATA DGR serta IATA TACT Rules) mengelompokkan beberapa jenis kargo ke dalam dua golongan besar, yaitu :

  1. General Cargo
    adalah barang – barang kiriman biasa sehingga tidak memerlukan penanganan secara khusus, namun demikian tetap harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam hal pengepakan supaya isinya dapat ditampung dalam cargo space.
  2. Special Cargo
    adalah barang – barang kiriman yang memerlukan penanganan secara khusus.
    Barang – barang, benda – benda atau bahan – bahan yang termasuk dalam kategori ini adalah: AVI, DG, HUM, PER, PES, PEM, HEA, dll.
    1. Explosive Material, dengan kode REC. Barang ini mudah meledak, karena mengandung zat – zat kimia yang mudah meledak. Contoh: adalah amunisi, petasan, dll.
    2. Flammable goods
      Barang ini mudah terbakar baik dalam bentuk gas (RFG), padat (RFS) maupun dalam bentuk cair (RFL). Contoh: oxigent.
    3. Non Flammable Compressed Gas (RNG), contoh: film.
    4. Corrosive Material (RCM)
      Barang ini dapat menimbulkan karat. Contoh: air raksa dan zat asam.
    5. Irritan Material
      Barang atau bahan yang mengandung zat perangsang atau dapat merangsang benda – benda lainnya, seperti alcohol, gas dan spiritus.
    6. Magnetized Material (MAG)
      Barang yang mengandung unsur magnetic. Contoh: kompas, loudspeaker, dll.
    7. Oxidizing Material
      Barang yang mudah terbakar bila bereaksi dengan O2. Contoh: zat pemutih, nitrat, peroksida.
    8. Fragile goods (FRG)
      Barang – barang yang mudah pecah-belah. Contoh: barang terbuat dari porselen, kaca gelas, dll.
    9. Poisonous Substances (RPS)
      Barang – barang berupa racun, pengangkutannya harus ada izin dari yang berwenang. Contoh: cianida, arsenik, dll.
    10. Radio Active Material
      Bahan – bahan yang mengandung radio aktif.
    11. Valuable Goods (VAL)
      Barang – barang berharga dan mengandung unsur kimia lainnya di dalamnya. Contoh: logam mulia, perhiasan, kertas / dokumen berharga.
    12. Wet Freight
      Golongan barang – barang yang berbentuk cairan atau barang padat yang bercampur dengan cairan sehingga pemuatannya harus dalam kontainer. Contoh: daging segar, udang basah, makanan, telur, dll.
    13. Perishable Goods (PER)
      Barang – barang yang diduga akan hancur dan busuk selama perjalanan sehingga dalam pemuatannya harus ada bahan pengawet supaya tahan lama dalam perjalanan / selama pengiriman. Contoh: buah – buahan, tumbuh – tumbuhan hidup, bunga, dll.
    14. Dangerous When Wet
      Barang – barang yang berbahaya dan mudah meledak bila basah atau lembab. Contoh: karbit.
    15. Live Animal (AVI)
      Pengangkutan hewan hidup lewat udara, seperti sapi, kuda, ikan hias, monyet, anjing, kucing, burung, dll.
    16. Human Remains (HUM)
      Pengangkutan jenazah manusia melalui udara baik jenazah utuh (jasad), sudah dikremasi / abu, dibalsem atau tidak dibalsem.

Biaya Kargo

Export:Rp. 60/kg
Import:Rp. 50/kg
Import Rust:Rp. 50/kg
OutGoing:Rp. 60/kg
Incoming:Rp. 50/kg

Bagian dan Batas Daerah Kargo

Daerah Publik Terbatas

Daerah Publik Terbatas (Restricted Public Area/RPA) atau Sterile Area yaitu semua daerah di dalam pagar daerah kargo yang meliputi :
  • Daerah penerimaan kargo (cargo acceptance area) dimana terdapat X-Ray dan timbangan kargo dengan batas garis kuning di dalam gudang keberangkatan kargo (outgoing warehouse)
  • Daerah penyerahan kargo (cargo delivery area) dengan batas garis kuning di dalam gudang kedatangan kargo (incoming warehouse)

Daerah Bukan Publik

Daerah Bukan Publik (Non Public Area/NPA) atau Sterile Area yaitu semua daerah di dalam gudang keberangkatan dan kedatangan kargo (outgoing / incoming warehouse) dimulai dari batas garis kuning ke arah sisi udara (airside). 


Alur Outgoing Kargo
Secara umum proses outgoing kargo ekspor adalah sebagai berikut :
  1. Kargo yang akan dikirim akan dilakukan pembukuan (reservation) terlebih dahulu
  2. Setelah melakukan reservation, kargo akan dibawa ke Gudang Penerimaan Kargo (Warehouse Acceptance).
    Disana kargo akan dilengkapi dengan :
    1. Form Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT)
    2. Form Shipper Letter of Instruction (SLI)
    3. Packing List
    4. Perishable dan Live Animal dilengkapi dokumen karantina
    5. Dokumen pelengkap lainnya.
  3. Dari proses di gudang penerimaan kargo, kargo akan dibawa ke unit Bea dan Cukai (customs). Di customs, kargo akan menerima dokumen kargo dan persetujuan muat (fiat muat) apabila dokumen pengangkutan lengkap. Persetujuan itu berupa pengecapan stempel, dimana stempel tersebut sebagai tanda bahwa kargo yang bersangkutan diizinkan oleh pihak bea cukai untuk dikirim.
  4. Kemudian kargo yang dikirimkan sebelum disimpan di gudang pengiriman (Warehouse Movement) dilakukan pemeriksaan X-Ray terlebih dahulu, untuk mengetahui isi yang akan dikirim.
  5. Setelah pemeriksaan tersebut maka kargo akan disimpan di gudang (Storage area). Kargo yang akan dikirim akan di packing ulang dengan menggunakan plastik di Build up area.
  6. Jika sudah siap, kargo akan dimuat ke pesawat.






Alur Incoming Kargo
Secara umum proses incoming kargo impor adalah sebagai berikut :
  1. Kargo diturunkan dari pesawat dan dibawa ke Break Down Area menggunakan dollies.
  2. Di Break Down Area, cargo dilakukan proses pemisahan dan dilakukan proses pencatatan Airway Bill.
  3. Setelah itu cargo akan disimpan di Import Warehouse / Acceptance Import untuk pemeriksaan fisik cargo dan dokumen-dokumennya.
  4. Pihak Warehouse Operator akan mengirimkan NOA (Notice Of Arrival) kepada consignee dengan tujuan untuk memberitahukan bahwa cargo telah sampai dan siap diambil.
  5. Saat consignee mengambil cargo, consignee dikenai biaya sewa gudang.
  6. Setelah consignee menyelesaikan pembayaran maka proses selanjutnya adalah pemeriksaan bea & cukai. Proses ini mirip dengan proses kedatangan penumpang internasional dimana terdapat jalur hijau dan jalur merah. Setelah pemeriksaan bea & cukai, cargo dapat dibawa oleh consignee.
  7. Jika ada cargo yang diterima baik import maupun domestik tidak diambil oleh consignee, maka operator warehouse cargo akan menyimpannya di gudang overflow.
  8. Khusus barang kargo internasional setelah 30 hari berada di gudang overflow dinyatakan sebagi barang tidak dikuasai oleh pihak costoms, berada pada tempat penimbunan pabean, apabila 30 hari kemudian belum ada pemiliknya maka barang tersebut dikuasai oleh negara.

 

Kargo Dangerous Goods

Khusus untuk Dangerous Goods penanganannya dengan cara dipisahkan ditempat yang khusus untuk Dangerous Goods. Pemuatan Dangerous Goods ini sendiri tergantung dari kebijakan Airline Operator. Ada Airline Operator yang mengijinkan Dangerous Goods diangkut di pesawatnya (dengan batasan tertentu), namun ada juga airline yang tidak mengijinkan sama sekali Dangerous Goods diangkut di pesawatnya.

Air Cargo atau disebut juga Barang, adalah segala sesuatu yang diangkut atau akan diangkut dalam sebuah pesawat udara, kecuali :
  • Pos atau barang lainnya yang diangkut sesuai dengan ketentuan Konvensi Pos Internasional.
  • Bagasi yang dibawa penumpang sesuai tiket penumpang.
  • Unaccompanied baggage atau bagasi yang dikirim menggunakan AWB adalah cargo.
Pada prinsipnya Airlines hanya menerima cargo dalam kondisi siap untuk diangkut atau “ready for carriage“. Siap untuk diangkut yang berarti cargo sudah dipacking dengan dokumen yang lengkap sesuai dengan ketentuan  Airlines, IATA, dan Negara tempat pemberangkatan maupun tujuan. Hal ini yang menyebabkan lebih banyak cargo melalui agen cargo daripada perorangan.
Cargo dalam dunia penerbangan (IATA) dapat dikategorikan berdasarkan jenis penanganannya ;
  • General Cargo, cargo yang tidak memerlukan penanganan khusus.
  • Special Shipment, adalah cargo yang memerlukan penanganan khusus, seperti perishable cargo, live animal, dangerous goods, valuable cargo, news material, dll.
  • Special Cargo Products, adalah produk seperti express cargo, courier servive, same day delivery, dsbnya.

Dokumen-dokumen pendukung pengiriman kargo

Dokumen pendukung dalam penanganan dan pelayanan handling kargo dapat diketahui beberapa hal :

I. DOMESTIK
    1. Acceptance : CBA (cargo booking advice), PTI (pemberitahuan tentang isi), BTB (bukti timbang barang), SMU (surat muatan udara), CN 38 (pos), Shipper Declaration for Dangerous Goods, Checklist for Dangerous Goods, DB (delivery bill), DRSC (untuk kasir)/ Bordrel, dan Pertelaan (untuk kasir).
    2. Out Going : CBA (cargo booking advice), CLP (cargo load plan), SMU (surat muatan udara), CN 38 (pos), Checklist Buildup, Manifest Cargo Outbond, NOTOC (Notification to Captain), DO (delivery order) penarikan kargo.
    3. Incoming    : Manifest Cargo Inbound, SMU (surat muatan udara), NOA (notice on arrival), DO (delivery order), DB (delivery bill), Surat Jalan, DRSC (untuk kasir), dan Pertelaan. 
II. EXPORT
  1. Acceptance : CBA (cargo booking advice), SLI (shipper`s letter of instruction), BTB (bukti timbang barang), Shipper Declaration for Dangerous Goods, Checklist for Dangerous Goods, Shipper Certification for LAR, AWB (airwaybill), CN 38 (pos), Payment Voucher, CCA, DB (delivery bill), DRSC (untuk kasir)/ Bordrel, Pertelaan (untuk kasir), dan PEB/PEBT (pemberitahian export barang tertentu).
  2. Movement CBA (cargo booking advice), CLP (cargo load plan), AWB (airwaybill), CN 38 (pos), Checklist Build up, Build up Report, Manifest Cargo Outbound, NOTOC (notification to captain), dan DO (delivery order) penarikan kargo.
  3. Transit : Manifest inbound dan Manifest outbound, AWB (airwaybill), CN 38 / AV 7 (pos), Checklist Build up, NOTOC (notification to captain), DO (delivery order).
III. IMPORT
  1. Acceptance : Manifest Cargo inbound, AWB (Airwaybill), Checklist break down, dan Overbringen.
  2. Document Processing : Manifest cargo Inbound, AWB (airwaybill), NOA (notice on arrival), DO (delivery order), Pecah PU, DB (delivery bill), OR (office receive), DRSC (untuk kasir), dan Pertelaan.
  3. Warehouse : DO (delivery order), Surat Jalan, BC 1.2 (untuk Bea & Cukai), dan PIB/PIBT (pemberitahuan impor barang tertentu).
  4. Rush Handling : Manifest Cargo inbound, AWB (airwaybill), CN 38/AV-7 (pos), DO (delivery order), DB (delivery bill), Surat Jalan, BC 1.2 (untuk Bea & Cukai), BC 2.3 (untuk Bea dan Cukai barang pabrik setengah jadi), DRSC, dan Pertelaan.

Readmore... »»

Minggu, 17 Januari 2010

Ground Handling

1.1. Pengertian Ground Handling

“Ground Handling” berasal dari kata “Ground” dan “Handling”. Ground artinya darat atau di darat, yang dalam hal ini di Bandara (Airport). Handling berasal dari kata Hand atau Handle yang artinya tangan atau tangani. To Handle berarti Menangani, Melakukan suatu pekerrjaan tertentu dengan dengan penuh kesadaran. Handling berarti Penanganan atau pelayanan (Service ot To Service, sehingga pada banyak kesempatan, kita sering menjumpai pemakaian kata “Ground Service”. Dan dalam banyak kasus. Kita juga sering menemukan kata “Ground Operation”, Baik “Ground Handling”, “Ground Service”, “Ground Operation” maupun “Airport Service”, pada dasarnya mengandung maksud dan pengertian yang sama, yaitu merujuk kepada “Suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di Bandara, untuk keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan atau ketibaan (Arrival)”. Secara sederhana “Ground Handling” atau “Tata Operasi Darat” adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di Apron, penanganan penumpang dan bagasinya di terminal dan kargo serta pos di cargo area.



Readmore... »»

Apron Area Activity



2.1   Load Master
            Load master merupakan petugas yang bertanggung jawab melaksanakan loading dan unloading pada compartment pesawat baik berupa bagasi, kargo maupun pos sesuai dengan berat yang tertulis di dalam Loading Instruction yang dibuat oleh load control.

1.      Loading Instruction
Adalah informasi yang dibuat oleh load planner / load control dan digunakan oleh petugas loading sebagai acuan atau informasi sebelum memulai mengerjakan sebuah  flight, sehingga dapat diketahui penempatan bagasi, cargo dan pos. Dengan instruksi ini dapat diketahui berapa banyak muatan yang dapat diangkut dan diperbolehkan di tiap – tiap compartment.

2.      Tiga Keadaan Umum dari Kesalahan Muat
a.       Nose Heavy ( C of G terlalu jauh kedepan).
b.      Tail Heavy ( C of G terlalu jauh kebelakang)
c.       Overloading ( kelebihan beban)

3.      Peraturan – Peraturan Loading Secara Umum
3.1     Prinsip – Prinsip Loading
·        Penanganan bongkar muat harus dilakukan dengan cermat, teliti, peduli dan hati – hati dengan maksud untuk menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap pesawat dan muatan itu sendiri. Penanganan muatan peralatan dan barang harus diperhatikan. Seperti barang – barang berat, penanganannya tidak boleh langsung bersentuhan dengan lantai compartment dan diperlukan alas atau papan pendukung untuk melindungi lantai compartment.
·        Pendistribusian muatan harus sesuai dengan loading instruction.
·        Memperhatikan label dan melakukan sesuai dengan peraturan penanganan special, contoh label “This side up”, “Fragile” dan lain- lain.
·        Kapasistas ruang compartment yang tersedia harus dapat digunakan secara maksimum.
·        Untuk penerbangan multi sector sebaiknya penempatan pada ruangan compartment yang berbeda, atau muatan dengan tujuan terakhir ditempatkan pada posisi yang paling dalam dari tiap – tiap  compartment.
·        Muatan berat dan atau muatan yang packing keras harus diletakan pada posisi paling bawah.
·        Batasan muat tidak boleh melebihi kapasitas maksimum atau  loading limitations.
·        Prioritas penanganan muatan harus tetap memperhatikan kesulitan atau masalah yang mungkin akan timbul ketika proses penurunan atau bongkar muatan.
·        Muatan dengan menggunakan ULD (Unit Laod Devices); container dan pallet, harus dicatat guna keperluan perputaran atau pengawasan ULD.
·        Memperhatikan ketinggian muatan di pallet, tidak boleh melebihi ketinggian maksimum (163cm atau 64in), dan jarak dengan dinding compartment atau dengan muatan pallet lainnya tidak melebihi 2in (50mm).

3.2     Muatan yang Boleh Ditolak untuk Diangkut
·        Jika packing yang tidak sesuai dan atau dapat menyebabkan kerusakan bagi pesawat dan muatan lain.
·        Jika berat dan atau ketinggian melebihi batas yang diperbolehkan.
·        Jika persyaratan packing tidak sesuai.
·        Jika cara penanganan barang tersebut tidak tertera / diketahui.
·        Jika peralatan pendukung tidak tersedia.

3.3     Loading Unloading
Untuk memulai loading harus dimulai dari compartment depan dan untuk unloading atau bongkar dimulai dari compartment belakang, tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya tipping atau pesawat terlalu berat belakang.
3.3.1  Loading
·        Pastikan anda menerima dokumen loading instruction yang benar.
·        Pastikan bahwa anda sudah memahami loading instruction tersebut, lakukanlah briefing dan debriefing dengan petugas load control sebelum anda melaksanakan instruksi tersebut.
·        Sebelum cargo dimuat di pesawat, pastikan bahwa semua cargo atau bagasi dalam kondisi baik sesuai dengan pesyaratan yang berlaku.
·        Penerimaan barang / muatan di sisi pesawat harus disertai DO (delivery order) dan check sesuai prosedur sebelum menandatangani DO tersebut.
·        Tempatkan cargo train (gerobak) yang berada di depan wing searah hidung pesawat dan yang berada di belakang wing searah ekor pesawat (tail out position)., dan aktifkan rem ban.
·        Hitung dengan teliti dan benar berat dan koli muatan tersebut, perhatikan dan pastikan label dan symbol sudah sesuai dengan tujuan dan cara penanganannya pada lembar loading checklist.
·        Laporkan aktual berat muatan (cargo, pos, dan bagasi) yang telah dimuat dalam form loading instruction ke load control. (via petugas ramp)
·        Pastikan net terpasang dengan baik dan benar sesuai dengan loading prosedur yang berlaku.
·        Tutup pintu compartment dengan baik dan benar.
·        Jangan tinggalkan pesawat sebelum Block off atau mundur.
·        Segera serahkan laporan loading instruction ke load control.

3.3.2  Unloading
·        Periksa incoming CPM (container pallet message), LDM (Load Distribution Message) dan Communication of Load Information (CLI).
CPM adalah pesan yang berisikan informasi mengenai muatan compartment yang meliputi status muatan dari container, pallet, dan bulk.
LDM adalah pesan yang berisikan informasi dasar untuk suatu penerbangan ( penerbangan / tanggal, nomor registrasi, tipe pesawat, tujuan, crew, penumpang) dan informasi berat (berat dari ULD dan total dari muatan cargo, pos, bagasi, dan bahan bakar).
CLI adalah pesan yang berisikan informasi mengenai pemuatan bagasi, cargo, dan pos pada setiap compartment.
·        Persiapkan sarana sarana penunjang yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan untuk penurunan barang / muatan.
·        Perhitungkan SDM loading unloading sesuai dengan kebutuhan.
·        Man power harus sudah siap di air side 5 menit sebelum pesawat block on.
·        Pastikan mesin pesawat telah dimatikan, sebelum membuka cargo door.
·        Tempatkan cargo train (gerobak) yang berada di depan wing searah hidung pesawat dan yang berada di belakang wing searah ekor pesawat (tail out position)., dan aktifkan rem ban.
·        Turunkan muatan dari compartment belakang terlebih dahulu, selanjutnya compartment depan atau secara bersamaan, penurunan muatan disesuaikan dengan prioritas dan klasifikasinya.
·        Serahkan muatan yang telah diturunkan ke unit terkait sesuai dengan fungsi dan prioritas serta klasifikasi , spesifikasinya dan didukung dengan form delivery order (DO).
·        Pastikan semua bagasi dikirim ke baggage area sesegera mungkin, dimana bagasi first class, business atau priority dikirim terlebih dahulu daripada bagasi economy class.

4.   Standar Operasi Prosedur
v     Persiapan
4.1    Mengikuti briefing dan de-briefing yang diadakan setiap pertukaran shift kerja dan sebelum melaksanakan tugas kegiatan kerja.
4.2    Memeriksa segala message yang masuk yang berkaitan dengan proses loading/unloading yang sudah maupun akan dilakukan.
v     Pelaksanaan Loading (pemuatan) :
4.3    Memeriksa kelengkapan data yang ada di Load Plan / Loading Instruction terhadap data :
Q Nomor Penerbangan (Flight Number)
Q Registrasi pesawat
Q Tanggal
Q Rotation/Destination
4.4    Melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala operasional berkaitan dengan GSE.
4.5    Memastikan ketersediaan GSE dalam rangka loading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
Pesawat Narrow Body
a.   BTT (Baggage Towing Tractor)
b.   BCT (Baggage Cart)
c.   BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
a.   MDL (Main Deck Loader)             (utk mega top/cargo)
b.   HLL (High Lift Loader)
c.   BCL (Belt Conveyor Loader)
d.   CTL ( Cargo Transporter Loader)              (utk transfer load)
e.   STT (Baggage Towing Tractor)
f.    BCT (Baggage Cart)
g.   CDL (Container Dollies)
4.6    Mencatat waktu mulai aktivitas Loading (pemuatan).
4.7    Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi dengan beban penuh (cargo/mail/baggage) berada dibelakang "restraint line" parking pesawat selama menunggu kode dari Marshaller (pesawat telah berhenti sempurna dan engine mail)
4.8    Menghitung dan mencatat jumiah AWB/SAWB (SMU) dari cargo/mail sesuai dengan flight number, destination dan kategori resikonya (Risk Category).
4.9    Melakukan proses loading sesuai dengan loading instruction dan memastikan bahwa aircraft compartment terisi sesuai dengan loading Instruction.
4.10  Memastikan bahwa semua alat pengaman pada aircraft compartment (seperti net, stud fitting dan lock) sudah terpasang pada tempatnya.
4.11  Melihat secara fisik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
4.12  Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal / barang-barang lainnya yang membutuhkan penanganan khusus telah ditangani dan ditempatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4.13  Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila diketemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada barang.
4.14  Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila terjadi Volume Minus (space yang tidak mencukupi) sehingga terjadi kemungkinan perubahan Load Sheet.
4.15  Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila dirasa menemui Load Planning yang tidak ideal sehingga mempengaruhi Weight & Balance (out of Trim).
4.16  Melaporkan ke Load Control muatan aktual (actual load) yang dapat dimuat ke pesawat terbang agar dapat dibuat final Load Sheet, sebagai berikut :
Q Total weight dan pieces dari cargo keseluruhan
Q Total weight dan pieces dari bagasi keseluruhan
Q Total weight dan pieces dari mail keseluruhan
4.17  Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistem pesawat yang terjadi selama proses loading/unloading.
4.18  Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi pada pesawat baik yang penuh maupun kosong untuk loading-unloading sbb :
§         Didepan wing tip pesawat harus paralel dengan bagian depan hidung pesawat
§         Dibelakang wing tip pesawat harus paralel dengan bagian belakang ekor pesawat
§         Pergerakan dan peralatan GSE dengan muatan penuh atau kosong dilarang keras/tidak diijinkan melalui bagian bawah dari wing tip pesawat
4.19  Menutup dan meyakinkan bahwa seluruh pintu cargo sudah terkunci dengan baik.
4.20  Loading Instruction disimpan dalam sistem file tertentu dan digabung/dijadikan satu dengan Load Sheet untuk setiap penerbangan.
v     Pelaksanaan Un-loading (pembongkaran muatan) :
4.21  Memeriksa dan memastikan Daily Log Aircraft Schedule
4.22  Mengumpulkan, menyortir dan memeriksa data atau message yang masuk berkenaan dengan persiapan Unloading yang akan dilakukan, seperti :
         a. LDM (Load Distribution Message)
         b. CPM (Container Pallet Mesage)
         c. CLI (Communication of Load Information)
         d. Surat masuk (incoming message)
         e. Delivery Order Form
         f. Informasi lainnya
4.23  Berkoordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala operasional berkaitan dengan GSE.
4.24  Meryakinkan ketersediaan GSE dalam rangka Unloading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
Pesawat Narrow Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
a. MDL (Main Deck Loader)                           (utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader)                (utk transfer load)
e. BTT (Baggage Towing Tractor)
f.  BCT (Baggage Carl)
g, CDL (Container Dollies)
4.24  Melakukan persiapan Unloading dengan urutan mulai dari kompartemen belakang dan kemudian beralih ke kompartemen depan.
4.25  Membuka pintu cargo untuk memastikan kondisi dari cargo, mail dan bagasi.
4.26  Melihat secara fitsik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
4.27  Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal masih dalam kondisi yang aman.
4.28  Melepaskan posisi kunci dari lock pallet/container sebelum diturunkan (off loading)
4.29  Menggunakan CTL (jika diperlukan) untuk transfer muatan dari HLL ke cargo tack/dollies atau sebaliknya.
4.30  Memastikan bahwa pada saat proses transfer dollies berada pada posisi terkunci.
4.31  Melakukan Unloading sesuai dengan katagori/klasifikasi dan prioritas, misalnya bagasi kelas utama, barang tidak tahan lama/perishable, binatang hidup, atau karena pertimbangan keselamatan (safety),
4.32  Memberikan instruksi ke operator BTT yang membawa bagasi dan cargo untuk mengirim/membawa ke make-up area atau gudang cargo.
4.33  Menggunakan Delivery Order dokumen untuk serah terima bagasi/cargo.
4.34  Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistern pesawat yang terjadi selama proses Unloading.
5.   Kendala atau permasalahan yang terjadi di unit Load Master antara lain :
a.   Perubahan Load Plan, Load Control merupakan unit yang membuat Load Plan. Sebelum melakukan pekerjaan, Load Master mempelajari terlebih dahulu Load Plan yang sudah ada, sehingga pada saat melakukan pekerjaan Load Master sudah tahu apa yang harus dilakuakn, namun terkadang Load Plan mengalami perubahan sehingga Load Master melakukan perubahan pada muatan yang akan dimasukan ke compartment.
b.   High Load, pesawat memuat muatan yang banyak dari stasiun awal dan akan berangkat lagi dengan membawa muatan yang banyak juga. Hal ini terkait dengan porter yang akan menurunkan dan menaikan muatan dari dan ke compartment. Tapi dilapangan sering terjadi kekurangan jumlah porter sehingga berakibat keterlambatan pesawat.
c.   Bagasi penumpang Last Minute Changes (LMC), jika pintu compartment pesawat belum ditutup maka bagasi tersebut dapat dinaikan, tetapi jika pintu compartment sudah di tutup maka bagasi akan di berangkatkan dengan penerbangan selanjutnya dinamakan Uncheck Baggage.
d.   Faktro cuaca, pada saat turun hujan muatan harus tetap diturunkan atau dinaikan dari ke compartment pesawat. Load Master harus bekerja ekstra agar muatan tersebut tidak mengalami kerusakan atau basah terkena hujan. Cara mereka mengatasi kondisi tersebut adalah dengan menurunkan dan muatan yang anti air baru kemudian ditutup oleh terpal.
6.   Dengan ground time selama empat puluh menit untuk pesawat narrow body dan enam puluh menit pesawat wide body. Petugas Load master harus bisa menggunakan waktu sebaik mungkin agar tercipta On Time Performance (OTP) yang diharapkan, namun tidak meninggalakn faktor keselamatan. 
7.   Keunggulan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan serta upaya penanggulangannya.
a.   Keunggulan pelaksanaan kegiatan  unit Load Master antara lain :
1)   karena sudah menjadi pekerjaan yang harus dilakukan oleh petugas Load Master, maka mereka sudah memiliki cara-cara ataupun trik-trik tesendiri dalam menangani pekerjaan itu. Terlebih bagi mereka yang sudah bekerja cukup lama, mereka tidak merasakan adanya kendala dalam melakukan pekerjaan tersebut, walaupun bagi para tenaga kerja baru sesuatu hal itu merupakan suatu kendala. Bagi para petugas Load Master senior sudah terbiasa dalam melakukan pekerjaan itu. Misalnya, dalam waktu kurang lebih dua puluh menit petugas Load Master harus bisa menghitung jumlah bagasi dan kargo yang akan dimuat ke dalam compartment pesawat secara manual.
2)   Unit Load Master tidak bekerja sendiri dalam melakukan pekerjaannya. Untuk itu unit ini harus menjalin kerjasama yang baik dengan unit-unit lain yang terkait dalam menangani pekerjaan, sehingga dapat tecipta suatu pelaksanaan kegiatan sesuai yang diharapkan.
b. Kelemahan pelaksanaan kegiatan unit Load Master antar lain :
1)   Kelemahan-kelemahan dari pelaksanaan dari pekerjaan yang dilakukan oleh petugas Load Master biasanya dapat ditemukan pada saat terjadi irregularity, misalnya terjadi keterlambatan pesawat. Pesawat mengalami keterlambatan dari bandara awal sehingga tiba di bandara tujuan tidak sesuai dengan jadwal. Agar keterlambatan ini tidak terjadi pada jadwal keberangkatan selanjutnya, maka petugas di bandara tujuan ini harus bekerja secara cepat dengan waktu yang tersisa. Karena bekerja di kejar waktu terkadang petugas Load Master mengabaikan prosedur kerja yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal ini berdampak pada muatan yang diangkut jadi rusak.
2)   Jumlah berat dan ukuran pada muatan berbeda-beda terkadang dalam kondisi tertentu, petugas Load Master tidak bisa meramalkan dengan baik jumlah muatan yang dimuat ke dalam kompartemen. Hal ini menimbulkan adanya muatan yang tidak bisa terangkut meskipun berat kompartemen belum melebihi kapasitas. Namun compartment sudah penuh.

2.2   Ramp Handling
Ramp Handling merupakan satuan unit yang bertugas sebagai koordinator dalam pelaksanaan handling pesawat (ramp dispatcher) di apron mulai dari pesawat block on sampai pesawat block off.
Tanggung jawab setiap petugas ramp dispatcher adalah mengawasi dan mengkoordinasikan segala aktifitas di area ramp yang berkaitan dengan keberangkatan maupun kedatangan pesawat.
Dalam melakukan tugasnya seorang petugas ramp dispatcher berkordinasi dengan unit – unit yang terkait dalam mendukung perencanaan suatu penerbangan, diantaranya:
1.      Awak cockpit / cabin crew
2.      Petugas boarding gate
3.      Petugas penanganan kargo
4.      Load control
5.      GSE (Ground Support Equipment )
    1. GPU
    2. GTC
    3. AIRCON
    4. AVIO BRIDGE / PAX STAIR
    5. PUSH BACK CAR
6.      Loading master
7.      Teknik
8.      Pertamina (refueling)
9.      Catering
10.  Cleaning service
11.  Porter
12.  Security

1.     Hal – hal yang dilakukan Ramp Dispatcher antara lain :
Ø      Ramp Handling check list harus dilaksanakan secara benar sesuai aturan didalam Station Manual
Ø      Ramp Activity Check List harus ditandatangani oleh PIC/FSM/Ramp Staff
semua pihak harus setuju dengan isi dari Ramp Activity Check List yang dibuat
Ø      Ramp Staff selalu berkordinasi dengan boarding. Gate Staff/PIC/FSM sebelum memberikan informasi bahwa passengger diperbolehkan naik ke pesawat.
Ramp Checklist berisi data - data kronologis yang digunakan selama berada di Apron.
·        Untuk mencapai schedule dalam time frame dibagi 2 yaitu :
1. Narrow Body 40 menit
2. Wide Body 60 menit
Seluruh komando ada di Ramp Setiap Garuda ingin terbang meminta release dari Release Man.
·        Ramp Dispatcher yang menangani sebuah pesawat dilengkapi dengan :
1. Ramp Activity Check List
2. Bon Fuel
3. Data flight dibagi 2 yaitu :
1) Flight Schedule
2) ETD
4. Radio HT
            Tanggung jawab setiap petugas ramp dispatcher adalah mengawasi dan mengkoordinasikan  segala aktifitas ramp yang berkaitan dengan keberangkatan maupun kedatangan pesawat.
2.    Standar Operasi Prosedur
v     Persiapan
2.1  Memeriksa persiapan semua perlengkapan kerja dan data-data sebagai berikut :
Q Radio komunikasi (HT dalam kondisi berfungsi dengan baik atau tidak)
Q Transportasi ramp (harus dalam kondisi berfungsi dengan baik)
Q Ramp check list
Q No penerbangan
Q Registrasi pesawat
Q Posisi parkir peswat
Q Type pesawat
Q Jumlah fuel
Q Jumlah penerbangan dan PBS (VIP, CIP, STRC Case dan kursi roda)
Q Pemesanan catering
Q Cargo (kondisi dan atau pelaksanaan pengepakannya)
Q Crew (jumlah crew aktif untuk masing-masing tipe pesawat)
2.2   Mengikuti briefing sebelum menjalankan aktifitas Ramp Handling.
v     Pelaksanaan
2.3    Memeriksa dan mengkoordinasikan terhadap semua telex yang masuk yang berkaitan dengan operasi penerbangan yang akan ditangani.
2.4    Berkoordinasi dengan Departure Control mengenai estimasi waktu kedatangan maupun waktu keberangkatan pesawat.
2.5    Memastikan informasi jumlah awak pesawat yang aktif maupun tambahan.
2.6    Berkoordinasi dengan unit-unit terkait untuk memastikan kesiapan proses handling yang akan dilakukan.
2.7    Berkoordinasi dengan :
Q Awak Kokpit / Kabin
Q Petugas Boarding Gate untuk meyakinkan bahwa semua penumpang telah siap dipintu keberangkatan (boarding gate)
Q Petugas penanganan kargo
Q Petugas teknik di darat
Q Operator GSE
Q Petugas Catering
Q Load Master
Q Load Control
Q Petugas Cabin Cleaning (cleaning service)
Q Petugas Loading Unloading
Untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan permintaan dan prosedur yang ada.
2.8        Menginformasikan ke unit-unit terkait sesegera mungkin apabila terjadi sesuatu diluar kebiasaan (irregularities)
2.9        Berkoordinasi dengan Cockpit / Cabin crew berkaitan dengan waktu mulainya pelaksanaan boarding
2.10    Mengkoordinasikan dengan petugas teknik/perawatan pesawat berkenaan dengan kondisi pesawat dan menginformasikan segera ke unit-unit terkait apabila terjadi perubahan waktu atau delay karena alasan teknik
2.11    Senantiasa berhubungan dengan petugas teknik untuk mengetahui secara persis lama waktu perryelesaian yang dibutuhkan untuk perbaikan pesawat dan segera menginformasikan kepada seluruh unit terkait agar dapat melakukan persiapan-persiapan yang dibutuhkan
2.12    Memastikan jumlah bahan bakar (fuel) yang diisikan ke pesawat dan menandatangani kolom isian pada form "Fuel Order" setelah proses refueling selesai
2.13    Memastikan bahwa proses refuelling berlangsung dan selesai pada rentang waktu yang ditentukan
2.14    Memeriksa dan memonitor aktivitas yang ada di sisi pesawat dan mempastikan bahwa proses bongkar muat selesai dalam rentang waktu yang ditentukan
2.15    Menginformasikan ke unit terkait perihal berat aktual dari bagasi, pos, kargo, ataupun muatan khusus lainnya (penumpang transit dll.)
2.16    Memeriksa dan memonitor jumlah aktual meal yang masuk (Catering Uplift)
2.17    Memastikan bahwa jumlah meal yang masuk sesuai dengan jumlah total penumpang
2.18    Memonitor proses pelaksanaan Cabin Interior Cleaning mulai dari waktu pelaksanaan sampai dengan kesiapan Cabin untuk proses boarding penumpang
2.19    Memeriksa kelengkapan Flight Document serta memastikan bahwa semua dokumen telah lengkap dan berada di pesawat paling lambat ETD-10 berupa :
Q Passenger Manifest
Q Cargo Manifest
Q General Declaration
Q Load sheet
2.20    Berkoordinasi dengan petugas boarding gate untuk memutuskan kesiapan pelaksanaan boarding
2.21    Berkoordinasi dengan Check-in Counter dan load control untuk memutuskan kemungkinan penambahan penumpang (stand by passenger / late check-in)
2.22    Memonitor proses transportasi penumpang apabila pesawat diparkir di Remote Area
2.23    Memonitor secara lengkap dan komprehensif segala aktivitas yang dilakukan pada saat handling pesawat dan mengisikan data akuratnya ke form "Ramp Handling Check List" dengan lengkap dan benar
2.24    Memastikan bahwa ETD-10 tidak ada aktivitas disisi pesawat
2.25    Memastikan bahwa Door Close dilaksanakan pada ETD-5 menit
2.26    Berkoordinasi dengan Departure Control untuk menentukan Delay Code (kode keterlambatan) berdasarkan kondisi aktual dilapangan
2.27    Berkoordinasi dengan unit terkait untuk mengakomodasi permintaan tambahan peralatan (misal : GPU, GTC, AC Car, tangga maintenance dll).
v     Pedoman Bagi Petugas yang Berada di Area Ramp.
Berikut pedoman untuk petugas yang berada di area ramp agar diperoleh operasi pelayanan pesawat yang aman dan tepat waktu:
2.28   Setiap petugas harus mengerti dan mengetahui bagaimana menyelesaikan tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2.29   Setiap petugas harus mengerti tata letak fungsi dan lokasi setiap bagian di pesawat dimana dia bertugas melayani pesawat.
2.30   Senantiasa memperhatikan traffic light atau tanda – tanda marka dengan teliti.
2.31   Memahami dan mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku di ramp area, khususnya petunjuk arah dan batas kecepatan kendaraan.
2.32   Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jet blast.
2.33   Senantiasa memeriksa bahwa peralatan dan kendaraan yang akan dipergunakan selalu dalam keadaan laik, seperti rem berfungsi baik dsb.
2.34   Tidak memundurkan kendaraan ke arah pesawat atau wing-pesawat kecuali ada orang lain yang memandu.
2.35   Pada waktu melakukan parkir peralatan atau kendaraan, yakinkan bahwa roda dalam keadaan lurus, rem tangan difungsikan, jack dalam keadaan turun dan benar dan mesin/peralatan/kendaraan dimatikan.
2.36   Parkir peralatan/kendaraan hanya ditempat yang sudah ditentukan.
2.37   Senantiasa meminta izin ke Tower apabila hendak melintasi runaway.
2.38   Tidak memotong pergerakan pesawat yang sedang bergerak.
2.39   Tidak mengoperasikan peralatan/kendaraan pada saat badan tidak fit untuk bekerja.
2.40   Agar selalu diingat bahwa pesawat bergerak dalam keadaan apapun memiliki prioritas lebih tinggi dari pada peralatan/kendaraan anda.
2.41   Senantiasa bersikap waspada dan bersabar pada saat kendaraan di sekitar apron.
2.42   Jangan memasang atau melepas kabel-kabel yang masih memiliki tegangan (sedang terhubung dengan sumber daya).
2.43   Senantiasa menggunakan peralatan yang sesuai dengan fungsi / kegunaannya. Contoh: forklift untuk heavy cargo, dll.
2.44   Pada saat akan melepas tangga dari pintu pesawat, pastikan bahwa safety strap sudah terpasang dan cabin crew sudah diinformasikan tentang hal ini.
2.45   Jangan diperbolehkan untuk mengotori lantai apron, bersihkan semua kotoran, oil, minyak sesudah menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.46   Tidak diperbolehkan untuk merokok di area Apron.
2.47   Senantiasa mempergunakan Operating Manual dalam melakukan pekerjaan.
2.48   Lakukan koordinasi dengan personil yang memiliki otorisasi apabila membutuhkan penyelesaian pekerjaan yang tidak atau belum tercanturn dalam Operating Manual.
2.49   Jangan menganggap remeh/sepele setiap incident sekecil apapun resikonya. Segera laporkan kepada Supervisor, Ramp Safety Officer atau personil lain yang memiliki otorisasi untuk menindak lanjuti.
2.50   Mengoperasikan peralatan bergerak (mobile) hanya dapat dilakukan oleh operator yang berwenang (ditunjukan dengan licence yang dimiliki).
2.51   Jika petugas mengalami keraguan bagaimana menyelesaikan tugasnya, jangan ragu untuk bertanya kepada yang lebih mengetahui.
2.52   Tidak bermain-main / bercanda di area ramp karena dapat mengakibatkan kecelakaan.
2.53   Hanya petugas yang bersertifikat yang diizinkan untuk mengoperasikan peralatan.
2.54   Untuk mengoperasikan dan menangani peralatan guna mencapai fungsi optimum harus melalui training terlebih dahulu.
2.55   Operator yang telah mengikuti training hendaknya ditest / uji oleh instruktur yang berkualitas dan bersertifikat.
2.56   Recurent training hendaknya diberikan pada operator untuk periode waktu tertentu.
2.57   Operator hendaknya memiliki SIM A / BI / BII yang masilh berlaku.
2.58   Setiap operator bertanggung jawab terhadap peralatan yang dioperasikannya.

3.         Permasalahan – permasalahan yang terjadi di satuan Ramp Handling antara lain sebagai berikut;
a.      Perubahan Load Plan, permasalahan ini biasanya terjadi karena adanya perubahan jumlah penumpang ataupun jumlah bagasi yang akan di muat
b.      Keterlambatan keberangkatan pesawat udara dapat terjadi pada petugas Technical, GSE, Cleaning Service, Catering, Load Master dan pertamina.
1.      Mekanik   : mengenai Navigasi atau mesin – mesin yang mengalami trouble
2.      GSE         :   mengenai alat pendukung yang telah digunakan oleh pesawat tersebut ada yang rusak atau mengenai GPU yang digunakan oleh pesawat lain, sehingga pihak Gapura menyewa dengan JAS.
3.      Cleaning   :   mengenai kurangnya ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugasnya dan kurang bersihnya yang diakibatkan karena keterbatasan SDM
4.      Catering   :   mengenai kurangnya catering yang tersedia dipesawat.
5.      Loading - :   mengenai kurangnya ketepatan waktu dalam menyelesaikan Unloading         bongkar muat karena SDM yang terbatas.
6.      Fueling     :   mengenai keterlamabatan kedatangan tangker pertamina.

c.      Kondisi cuaca yang tidak  menentu membuat petugas Ramp Handling bekerja lebih berhati – hati agar tidak terjadi kecelakaan dalam melaksanakan tugas di lapangan.

2.3   Departure Control
Departure control adalah salah satu unit yang bertugas untuk memantau seluruh kegiatan (movement) yang mencakup kedatangan (Arrival) maupun keberangkatan (Departure) serta mengkoordinasi aktivitas pesawat.
Sebagai pusat kontrol untuk seluruh kedatangan dan keberangkatan pesawat disebuah bandar udara, unit departure control memiliki jaringan komunikasi yang banyak, antara lain :
1.      Mengirimkan data pesawat secara keseluruhan, yang dibuuhkan oleh petugas yang berada di bandara kedatangan
2.      Menyampaikan dan mengkomunikasikan seluruh data dan berita mengenai keadaan sebuah pesawat dan penanganan apa saja yang dibutuhkan dalam menangani sebuah pesawat ketika berada di ground
3.      Melayani komunikasi dan segala informasi yang dibutuhkan oleh pilot, ketika pesawat masih berada di udara dan akan melakukan landing di bandara kedatangan, biasanya informasi yang disampaikan antara lain :
a.       Waktu ijin mendarat daro tower
b.      Informasi cuaca
c.       Jalur taxi way yang akan dilewati
d.      Letak parking stand pesawat yang bersangkutan

1.      Departure Control menggunakan system antara lain:
a.) DCS        => Departure Controlled System yang terhubung langsung ke terminal garuda.
b.) GFIS       => General Flight Information Service / informasi  penerbangan dari system komputerisasi jaringan ADEGA atau Garuda Flight Information System.
·        Dasar – dasar pembuatan GFIS  :
1)      Daily Log      = Catatan Harian penerbangan Garuda.
                                 Berisi tentang schedule (flight berdasarkan
                                 reservasi dan diharapkan sama dengan daily log
                                 dan GFIS).
2)      Crew Chart   = Berisi tentang nama PIC dan flight pada daily log.
3)      OM               =  Aircraft control (menunggu telex dari OM apakah
                                                          di rubah atau tidak schedulenya).
Ø      Dasar – dasar pergantian Aircraft ;
·        Aircraft rusak
·        Aircraft tehnical
·        Aircraft late arrival
·        Crew rotation / crew / aircraft
·        Booking position
·        High demand / permintaan passenger dan cargo

c.) SITATEX      => Fasilitas telex jaringan SITA.
d.) FIS                => Flight Information System.
e.) OPR              => Perubahan – perubahan schedule airline sebagai
                                 acuan OM / RESV untuk merubah schedule.
f.) OM                => Unit yang merevisi aircraft, rotation aircraft, schedule
                                 untuk dipublikasikan ke DEPCO lalu di arahkan ke
                                 ACS, Load Control ( config. pax dan aircraft ) AOC.

2.      Tujuan Departure Control
Untuk menetapkan metode dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan departure control.
Sebagai referensi kerja unit DEPCO ialah;
·        Standart ISO
·        Quality manual
·        Gapura SOP
·        AHM
·        DDG ( dispatch deficing guide )

3.      Tugas Umum Departure Control
1)      Mengkoordinasikan dan menginformasikan kepada seluruh pihak unit yang terkait, yang proses kegiatannya berhubungan dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
2)      Mempersiapkan dan menghubungi kepad seluruh pihak ketiga yang proses kerjanya berhubungan dengan operational Airlines dan jadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
3)      Melakukan proses kegiatan operasional sesuai dengan peraturan – peraturan yang tercantum dalam :
ü      C.A.S.R Rule
ü      I.C.A.O Regulation
ü      I.A.T.A Regulation
ü      Company Manual
ü      Airlines Manual
ü      Airport Local Regulation
ü      Service Delivery Standard
4)      Mempersipkan bantuan – bantuan yang sesuai dengan kebutuhan Airlines Crew ( Cockpit dan Cabin ) dan pihak ketiga, yang berkaitan dengan proses kerja operasional Airlines.
5)      Mengadakan hubungan kerjasama dan koordinasi dengan pihak Airlines yang proses kegiatan sehari – harinya agar  menghindari penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi sehingga customer satifaction dapat tercapai dan terpenuhi.
6)      Mengadakan pertemuan secara berkala antara Airlines dan Gapura mengenai proses kegitan operasional.

4.   Aktivitas DEPCO
a.       Mempersiapkan dan memeriksa  schedule penerbangan sesuai dengan “ Daily Log Aircraft Schedule “.
a).    Flight Number
b).    Aircraft Registration
c).    Aircraft Type
d).    Aircraft Rotation
e).    Aircraft  Parking Position
f).      Crew Rotation
g).    Departure dan Arrival Time
b.      Segera mengambil tindakan berikut melaporkan ke unit terkait apabila terjadi perubahan  jadwal keberangkatan/kedatangan , rotasi penanganan khusus serta melaporkan ke airlines terkait dengan ;
a).    GSE adalah pelayanan pesawat
b).    Catering adalah perubahan makanan jika diperlukan
c).    Fuel Truck adalah penambahan fuel jika diperlukan
d).    Crew Control adalah perubahan control
e).    Flight Dispatcher adalah perubahan flight plan  jika diperlukan
f).      Passenger Services adalah perubahan penumpang jika terjadi
g).    Cargo Departure adalah perubahan cargo jika diperlukan
h).    Load Control adalah perubahan weight balance
i).      Load Master adalah perubahan load / unload
j).      Ramp Handling adalah memonitor dan menangani semua kegiatan
k).    AMC/ AOC/ ATC adalah perubahan registrasi  dan tipe pesawat
c.       Memonitor seluruh petugas operasional yang bertugas   di pesawat untuk kegiatan ramp ( departure dan Arrival ) memastikan kedapatan dan keselamatan keberangkatan pesawat melalui radio/MCTV/CCTV
d.      Memonitor pelayanan seluruh petugas opersional yang bertugas untuk kegiatan ramp, menginformasikan ke seluruh unit terkait jika terjadi perubahan informasi khusus terkait dengan penanganan pelayanan
e.       Melengkapi dan melaporkan data operasional kepada airlines ( Daily Jurnal Flight Report )
f.        Mengkoordinasikan dengan fungsi – fungsi yang lain terhadap halfhal khusus yang diperlukan ( seperti pada : flight document, General Declaration, Request Meals ) atau informasi lainnya yang berkaitan dengan penerbangan tersebut
g.       Memastikan keberadaan Ground Support Equipment pada saat melayani suatu penerbangan sesuai dengan standard yang telah disepakati ( misalnya Ground Minimum Time )
h.       Segera melakukan koordinasi dengan airline apabila terjadi penyimpangan – penyimpangan yang berhubungan dengan masalah operasi
i.         Memonitor setiap telex yang masuk dan segera mengambil tindakan yang cepat dan akurat untuk menindak lanjuti secara operaional informasi yang tercantum di telex tersebut
j.        Berkoordinasi dan berkomunikasi dengan airlines untuk setiap message / telex yang diterima /dikirim yang kegiatannya berhubungan dengan irregularities penerbangan/ yang berkaitan dengan kebijakan airlines 
k.      Memonitor segala aktivitas penumpang pada saat naik pesawat di ground
l.         Memastikan bahwa tidak ada ground equipment yang parkir di clear area pada saat pergerakan pesawat
m.     Mengadakan persiapan ( informasi ke unit terkait ) yang diperlukan untuk special transportation sesuai dengan permintaan airlines dalam batas- batas yang memungkinkan
n.       Melaksanakan briefing (intern/ekxtern) dengan fungsi – fungsi lain, seperti; flight dispatcher, ramp dispatcher, load control, load master, pax/bag staff, cargo staff, dll.
o.      Melakukan koordinasi informasi dari airlines dan jika diperlukan masukan dalam Flight Information System
p.      Memastikan persiapan dan mengkoordinasi jika ada perubahan jadwal baru / perubahan jam dan secepatnya menginformasikan ke seluruh unit terkait, termasuk pihak ketiga dari airlines
q.      Mempersiapkan dan memeriksa seluruh fasilitas parkir pesawat dan posisi parkirnya ( aviobridge, remote bay) berdasarkan urutan jadwal waktu keberangkatan
r.        Mengantisipasi dan mempersiapkan semua data secara manual apabila DCS system tidak bekerja sebagaimana mestinya dan mengirimkan semua message secara otomatis / manual paling lama 5 menit sesudah keberangkatan pesawat
s.       Melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan load control dalam hal kelengkapan data / dokumen weight and balance mengacu pada semua data terakhir
t.        Mempersiapkan Daily Journal Flight Report
u.       Mengkoordinasikan dengan ramp officer mengenai irregularitties, khususnya delay code, sebelum mengirimkan movement message
v.       Menentukan dan memutuskan nomor delay code jika ada beberapa penerbangan yang delay dan memastikan pengiriman departure message sesuai dengan format message airline
w.     Membuat laporan melalui delay report jika ada keterlambatan lebih dari jadwal yang telah ditetapkan (STD)
x.       Memastikan pemeriksaan, tidak ada lagi kegiatan di area pesawat menjelang waktu keberangkatan ( pada saat “Last Pax Door Closed”)
y.       Mencatat semua kegiatan dengan menyimpan semua data – data dalam Daily Journal Flight Report secara baik dan benar
z.       Tidak boleh melakukan kesalahan pada pengisian kolom – kolom “Daily Journal Flight Report” dan harus di tanda tangani oleh supervisor station operation control dan dikirimkan ke Airline untuk di tanda tangani

5.   Alur Proses Departure Control
1.      Monitoring jadwal pada GFIS ;
·        aircraft registrasi
·        flight number
·        departure time
·        arrival time
·        aircraft rotation
2.      pencatatan kegiatan pelayanan selama di aircraft
3.      menentukan delay code
4.      confirmasi delay code (jika tidak ada maka kembali lagi ke posisi no 2)
5.      pengiriman flight movement

6.   Seputar Departure Control
Ø      GM / MS   : untuk mengirim pesan / movement departure.
Ø      GP / MS    : untuk mengirim pesan / movement arrival.
Ø      Flight ganjil  : contoh, GA 205, 825, 115 (untuk flight arrival ke CGK)   / landing.
Ø      Flight genap : contoh, GA 432, 516, 116 (untuk flight departure dari CGK) / take off.
Ø      Tugas Departure Control :
-          Memberangkatkan pesawat dengan kondisi on time & irregulaties.
-          Input data daily log ke GFIS mode (garuda flight / information system).
-          Memonitor arrival & departure termasuk parking stand.
-          Mengecek lokasi pesawat, schedule / daily log, telex (in & out).
-          Memonitor rotasi pesawat.
-          Menginformasikan airport authority (SOT / AOC, AMC) jika terjadi perubahan rotasi / jadwal.
-          Bekerja sama dengan airport authority (SOT / AOC) dalam hal penempatan parkir & gate dari penerbangan berdasarkan slot time & banyak penumpang.
-          Memberikan informasi yang akurat pada cockfit crew.
-          Memonitor telex masuk & segera input data.
-          Mengirim departure MVT setelah pesawat lepas landas & arrival MVT setelah pesawat block on.
-          Segera mengirim delay MVT apabila terjadi keterlambatan dalam penerbangan.
Ø      OPT  : On Time Performance (tepat waktu keberangkatan).
Ø      GFIS : General Flight Information Service (Informasi penerbangan
                  dari sistem komputerisasi jaringan ADEGA).
Ø      ATD : Actual Time Departure (Aktual waktu Penerbangan).
Ø      ETD : Estimate Time Departure (Perkiraan waktu keberangkatan).
Ø      AOC : Aiport Operation Control (Unit Kerja di jajaran airport authority yang bertugas mengontrol pergerakan & penempatan pesawat selama berada di appron.
Ø      MVT : Aircraft Movement Message (Format standart informasi keberangkatan, kedatangan & penundaan penerbangan yang dikirim dengan system).
Ø        Daily Log : Jadwal penerbangan dalam satu hari diterima melalui fax / email lalu dimasukan ke system.
Ø        Penentuan parking stand oleh AOC, Departure Control hanya mengkonfirmasi.
Ø        Radio Air to Ground / Ground to Air (Channel 131950):
Radio yang digunakan pilot untuk berkomunikasi dengan departure control (air to ground) biasanya untuk menanyakan parking stand.
Ø        Departure message (pilot contact ke DEPCO) :
- Berisi waktu block off,
- Berisi waktu take off / airbone,
- Berisi waktu push back, dan
- Berisi waktu taxi.
Ø        Ground control & AOC memberi tahu data terakhir pesawat yang parkir di lapangan, hal ini untuk data – data yang diperlukan oleh departure control.
Ø        Exron : pesawat sudah standby di apron / hanggar
Ø        Ron : Pesawat tidak jalan lagi, di standby di airport setelah perjalanan
Ø        Departure Control membuat gate plan : mengatur ruang tunggu pax
Ø       AMC  : Memonitor semua pergerakan / kejadian (di bawah Angkasa Pura) di apron   (memonitor GSE, dll)
Ø       AOC : mengatur perlengkapan stand pesawat yang sekiranya tidak dipakai dapat digeser ke parkir yang lain agar tidak mengganggu parking stand pesawat yang akan masuk.
Ø      Crew Chart : memeriksa PIC untuk besok
Ø      Endurance time (Lama perjalanan)
Ø      Mengecek daily log dengan GFIS apakah sesuai dengan data terbaru dari OM.
Ø      Operator pertolakan dihubungi oleh bagian operasi apabila ada pesawat yang meminta GSE.

7.   Standar Operasi Prosedur
v     Persiapan
1.      Mengikuti Briefing.
2.      Mengikuti Particular.
3.      Menyiapkan Form Checklist.
4.      Departure Handling Checklist.
5.      Menyiapkan Daily Log Dan Crew Schedule List.
v     Pelaksanaan
A.  Pembuatan Schedule Pada GFIS
1.      Melakukan perubahan / editing schedule winter – summer – winter.
2.      Mendistribusikan daily log ke unit terkait.
3.      Melakukan pencetakan GFIS yang telah dilaksanakan sebagai file
4.      Melakukan create tanggal up date GFIS.
5.      Memasukan registrasi pesawat sesuai dengan daily log dan telex airline, crew schedule chart, reservasi dan daily log.

6.      Setelah pembuatan GFIS melakukan pencetakan schedule sebagai file.
B.  Apron aktifitas monitoring
1.      Monitor kegiatan apron.
2.      Berkoordinasi dengan unit terkait untuk menciptakan OTP sesuai dengan time frame dengan penaganan pesawat.
3.      Melakukan pencatatan secara konsisiten Departure handling checklist.
4.      Memberikan delay code jika terjadi irregularity pada suatu penerbangan dengan persetujuan airline dan mencatat kronologis irregularity secara lengkap pada departure handling checklist.
5.      Menginformasikan ke unit terkait jika ada special handling pada suatu penerbangan.
6.      Memasukan data ATD dan delay code pada GFIS mode.
C.  Aircraft rotation monitoring
1.      Memonitor rotasi dari pesawat pada daily log.
2.      Melakukan perubahan pada daily log secara sistematis jika terjadi perubahan rotasi pesawat.
3.      Menginformasikan ke airport Authority ( AOC ) jika terjadi perubahan rotasi pesawat.
4.      Bekerjasama dengan AOC dalam pengaturan Gate dan Stand By dari pesawat secara optimal.
5.      Memasukan data stang – by, boarding Gate pada GFIS mode secara konsisten untuk setiap penerbangan.
6.      Memasukan data ATA pada GFIS.
7.      Berkomunikasi dan memberikan informasi kepada aircrew dengan baik.
D.  Telex in / out Monitoring
1.      Memonitor telex masuk dan memasukan data tersebut pada GFIS secara konsisten.
2.      Melakuakan pengisian Departure MVT sesuai dengan Departure handling Checklist dan mengirim MVT tersebut.
3.      Mengirim Arrival MVT.

4.      Memberikan ETD pada suatu penerbangan jika keterlambatan rotasi dari pesawat setelah berkoordinasi dengan airline staff.
5.      Melakukan filling dari telex dengan baik.
v     Penyelesaiyan
1.      Membuat Daily Irregularity Report.
2.      Membuat Irregularity Repaort jika terjadi Irregularity pada suatu penerbangan.

8.   Kendala atau permasalahan yang terjadi di unit DEPCO:
a.       Terjadinya delay yang disebabkan, antara lain;
-    Previous Station ( delay yang terjadi dari airport sebelumnya),
-    Operational,
-    Airport Facilities,
-    Weather (cuaca),
-    FLOPS (Flight Plan),
-    DCS (Departure Control System) down,
-    Technical, dan
-    Station Handling.

2.4   Load Control
Load control adalah unit yang menerima data – data pesawat dan muatan dari beberapa bagian yang terkait yang kemudian harus dihitung untuk mendapatkan keseimbangan pesawat (weight and balance) yang optimum mengacu pada dua aspek yaitu safety dan economical operation.

1.      Tujuan Load Control
Memberikan panduan tentang aktivitas Load Control dalam menjalankan fungsinya sehingga diperoleh pelayanan yang aman dan benar sesuai ketentuan yang berlaku dan terjalin koordinasi yang baik dan efektif dengan pihak-pihak yang terkait, seperti :
·        Mengusahakan maksimum payload pada suatu penerbangan
·        Menyusun muatan sesuai dengan urutan dan urutan destination load tersebut (Load Instruction)
·        Memperhatikan factor Ramp Safety dan on time performance

2.      Tugas Load Control
·        Mempersiapkan registrasi aircraft, crew, pantry, basic weight dan basic index
·        Membuat ideal trim di system atau manual
·        Menerima data CPM dan LDM
·        Membuat loading instruction untuk unloading
·        menerima data actual cargo dari warehouse
·        membuat loading instruction untuk loading
·        menerima fuel dari ramp handling
·        menerima closing penumpang dari check-in 30 menit sebelum keberangkatan

3.      Refrensi Load Control
1)      Airport Handling Manual ( IATA ) 1998
2)      Airline Procedure

4.      Standar Operasi Prosedur
Pelaksanaan Load Control mengacu kepada SOP dari Airline, baik proses yang dilaksanakan secara sistem (misal DCS untuk GA) maupun proses yang dilaksanakan secara manual.
Prosedur yang ada memiliki tujuan agar :
·        Weight & Balance pesawat dilaksanakan secara benar dan hasilnya berada dalam batasan (safety area) yang diijinkan.
·        Pembebanan pada pesawat mengacu kepada aturan dari carrier.
·        Informasi yang tercantum dalam Loadsheet sesuai dengan actual load di pesawat.
Untuk  memenuhi tujuan diatas, prosedur mengacu kepada adanya sistem yang dinamakan Load Control, yang didasarkan atas tiga fungsi sebagai berikut :

a.       Fungsi 1 :  Load Planning, Weight & Balance Precalculation & Completion Loading Instruction :
                                                   i.      Load Planning, meliputi :
1.      Merekap semua data yang terkait dengan “load”
2.      Merencanakan uplift/discharge dari “load”, yang mengacu kepada kapasitas pesawat yang dilayani
3.      Merencanakan penanganan “special loads” yang mengacu kepada adanya restrictions, maksimum quantities, persyaratan pemisahan tempat, dll.
                                                 ii.      Weight and Balance Precalculation, meliputi :
1.      Perencanaan total load untuk pesawat harus dijamin tidak melebihi nilai maksimum yang diijinkan
2.      Membuat precalculation dari weight and balance dari pesawat dan hal ini merupakan mandatory pada pengerjaan loadsheet manual
3.      Precalculation untuk sistem Departure Control System (DCS), dibuat pada saat weight and balance pesawat diperkirakan akan ditutup terkait dengan limit operational.
                                                iii.      Completion Loading Instruction, meliputi :
1.      Menentukan distribusi,
2.      Mencetak Loading Instruction,
3.      Menandatangani Loading Instruction,
4.      Melaksanakan briefing kepada petugas Load Master untuk pemuatan di pesawat.

b.      Fungsi 2 : Supervisi pemuatan ke pesawat  yang mengacu kepada Loading Instruction Report (LIR), meliputi pekerjaan sebagai berikut :
                                                   i.      Pastikan ULD dalam kondisi serviceable, menggunakan tag yang benar dan isi dalam kondisi terawasi / aman
                                                 ii.      Pastikan lashing/spreading dalam pemakaian yang benar
                                                iii.      Periksa kondisi packaging dari dangerous goods yang akan ditempatkan di bulk
                                               iv.      Pastikan Dangerous Goods dan special loads lainnya disimpan dengan benar
                                                 v.      Selama proses penyelesaian, setiap perubahan harus dikonfirmasikan kepada petugas load control

c.       Fungsi 3 : Completing & Checking Loadsheet  terhadap LIR atau dokumen lainnya, Petugas Load Control menandatangani, mencantumkan nama dan unit serta memastikan hal – hal sebagai berikut :
                                                   i.      Pastikan dengan benar : DOW dan index yang digunakan untuk Aircraft type, version, jumlah crew dan pantry
                                                 ii.      Pastikan dengan benar : jumlah take-off dan trip fuel dengan data pengisian (fuel order)
                                                iii.      Pastikan dengan benar : pengisian data transit load dari loadsheet
                                               iv.      Periksa final loadsheet terhadap data passenger terakhir dan terhadap data loading terakhir (loading instruction/report)
                                                 v.      Pastikan posisi aktual loading dari dangerous goods dan special loads lainnya tercantum pada NOTOC
                                               vi.      Pastikan bahwa total traffic load  tidak melebihi dari jumlah yang diijinkan
                                              vii.      Pastikan perhitungan telah dilakukan dengan benar masuk dalam batasan yang diijinkan : perhitungan balance dan kondisi loading di pesawat, termasuk kondisi LMC (jika ada)

5.      Pembuatan Load Message
Up-dating ULD Nbr, Cargo, baggage, Aktual fuel sesuai kondisi aktual terakhir, selanjutnya mengirim LDM/CPM/CLI

6.      Pembuatan Laporan
Membuat daily journal report, filling laporan.


7.     Teori Weight and Balance
Suatu pesawat terbang dapat terbang dikarenakan adanya gaya-gaya yang diterima oleh pesawat tersebut. Gaya tersebut ada 4 macam, yaitu
1.   Lift (Gaya angkat)
2.   Thrust (Daya dorong mesin)
3.   Gravitasi (Gaya berat)
4.   Drag (Daya hambatan)

Weight and balance berkaitan dengan timbangan. Ada beberapa masalah yang disebabkan apabila pesawat dalam keadaan overload, yaitu antara lain
a.   Pesawat akan membutuhkan kecepatan tinggi untuk take-off
b.   Ketinggian dan sudut pada saat pesawat climb akan berkurang
c.   Kecepatan pada saat cruising akan diturunkan
d.   Daerah untuk cruising akan diperpendek

7.1   Definisi Weight and Balance.
                        Weight and Balance Theory, yaitu
1.     Berat pesawat tidak boleh melebihi berat maksimal yang sudah ditentukan oleh pabrik pesawat.
        Contoh:        Pesawat AirBus mempunyai berat maksimal sebesar 251 ton yang sudah ditentukan dari pabrik pesawat tersebut.
        Apabila berat pesawat melebihi berat maksimalnya, dapat mengakibatkan struktur pesawat menjadi rusak.
2.     Centre of Gravity (CG) / Titik Berat
        Centre of Gravity ini harus berada pada range (daerah) yang aman pada operasional pesawat. Apabila CG terlalu ke depan, maka bagian belakang pesawat akan naik. Dan apabila CG terlalu ke belakang, maka bagian depan pesawat yang akan naik. Sehingga pesawat tersebut menjadi tidak seimbang.
        Perhitungan CG dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
        CG =  Total Moment
                   Total Berat
        Sebagai contoh:
        CG =   44.000     =  110
                   400
                Dengan diletakkannya CG sesuai dengan perhitungannya, maka pesawat tersebut akan berada dalam keadaan seimbang.
Cockpit Crew
Aircraft Type
NB of Flight Attendant
Standart Complement
Standar Service
2
B737 – 500
3
3
2
B737 – 300/400
4
5
2
B737 – 800
4
6
2
A 330
8
12
2
B747
14
16

7.2   Variabel Berat pesawat
Macam-macam Berat Pesawat
v      Basic Weight
      Pesawat masih dalam keadaan kosong.
v      Dry Operating Weight
      Basic weight ditambah dengan Operational Items (e.g Crew, crew baggage, flight equipment, dan pantry).
v      Zero Fuel Weight 
      Total traffic load ditambah Dry Operating Weight.
v      Maximum Zero Fuel Weight
      Berat pesawat tanpa fuel namun payload berada dalam keadaan maximum.
v      Take Off Weight
      Zero fuel weight + take off of fuel
v      Landing Weight
       Take off weighttrip fuel
v      Pantry Weight
      Removable catering equipment
v      Catering Weight
      Equipment and supplies for inflight distribution to pax and crew.
v      Taxi Weight / Operating Weight 
      Zero Fuel Weight + Block Fuel
v      Block Fuel
Take Off Weight + Taxi Fuel


8.     Kendala atau permasalahan yang terjadi di unit Load Control
a. Adanya LMC (Last Minutes Change) dimana penambahan muatan melebihi dari batasan yang di tentukan. (overload).
b. Data muatan (traffic load) aktual tidak sesuai dengan apa yang di kirimkan, sehingga load sheet harus di realease kembali.
c. DCS system tidak bekerja sebagaimana mestinya (down), sehingga tugas para staff load control menjadi lebih padat.

Readmore... »»